Puasa merupakan ibadah yang harus dijalani dengan kesabaran yang ekstra. Ketahanan dalam menjaga diri dari beragam hal yang membatalkan sahnya puasa atau menggugurkan pahalanya tentu harus diperkuat.
Fisik yang kuat dan jiwa yang bersih menjadi modal penting dalam menjalani ibadah ini. Dua hal tersebut juga tanpa disadari dilatih saat melakukan rukun Islam ketiga ini. Sebab, orang berpuasa diwajibkan untuk menahan lapar dan dahaga. Pun laku-laku maksiat dan perkara negatif sangat dilarang. Sebab, selain menambah dosa, hal tersebut juga dapat menggugurkan pahala puasa.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw menegaskan bahwa puasa merupakan tameng sekaligus benteng pertahanan penting dari segala perbuatan buruk, hingga panasnya api neraka.
وأخرج أحمد، والنسائي عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الصيام جنة
Artinya, Imam Ahmad dan Imam an-Nasai meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda, “Puasa adalah tameng.”
Imam Ahmad bin Hajar al-Haitami atau yang dikenal Imam Ibnu Hajar menulis dalam kitabnya yang berjudul Ithafu Ahlil Islam bi Khususiyyatis Shiyam, bahwa junnatun berarti perlindungan atau penutup. Maksudnya, puasa tersebut dapat menjadi pelindung, penutup, atau benteng bagi orang yang berpuasa dari api neraka. Dalam penjelasan lain, puasa dapat melindungi orang yang melakukannya dari berbagai syahwat yang membahayakan baginya.
Sementara itu, Al-Qadli ‘Iyadl, sebagaimana dikutip Imam Ibnu Hajar, bahwa puasa menjadi benteng dari perbuatan-perbuatan yang mengandung dosa.
Meskipun demikian, dalam hadits lain disebutkan, bahwa puasa menjadi benteng bagi orang yang melakukannya ini ternyata memiliki dua syarat.
وأحمد، والنسائي, وابن ماجه، عن عثمان بن أبي العاص: الصيام جنة من النار كجنة أحدكم من القتال مالم يخرقها بكذب أو غيبة
Artinya, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah, dari Utsman bin Abi Al-‘Ash, bahwa “Puasa merupakan benteng dari neraka, seperti benteng salah satu dari kalian dari perang, selagi benteng tersebut tidak dibakar dengan kebohongan dan ghibah.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa puasa sebagai benteng dari neraka bagi orang yang melakukannya itu memiliki dua syarat, yakni orang tersebut tidak melakukan kebohongan dan ghibah saat menjalankannya. Sebab, dua hal tersebut dapat membakar, merusak, dan menghapus benteng tersebut.
Lebih lanjut, Imam Ibnu Hajar menegaskan, bahwa puasa yang menjadi benteng dari neraka, perbuatan dosa, hingga azab Allah merupakan puasanya orang yang selamat dari perkara-perkara maksiat, baik berupa ucapan ataupun pekerjaan.
Syakir NF, alumnus Buntet Pesantren, Kabupaten Cirebon
Artikel ini di kliping dari www.nu.or.id sebagai kliping/arsip saja. Segala perubahan informasi, penyuntingan terbaru dan keterkaitan lain bisa dilihat di sumber.