وكونه ذكرا يقينا فلايصح نكاح الخنثى وإن بانت ذكورته
Dan disyaratkan keadaan pengantin laki-laki yakin akan kelelakiannya, maka tidaklah sah pernikahan banci walaupun telah menjadi nyata kelelakiannya. Demikian juga dengan pengantin perempuan:وكونها أنثى يقينا فلايصح نكاح الخنثى وإن بانت أنوثته
Dan disyaratkan keadaan pengantin perempuan yakin akan keperempuanannya, maka tidaklah sah pernikahan banci walaupun telah menjadi nyata keperempuanannya. Hal ini agak berbeda dalam hal Jama’ah, seorang huntsa musykil boleh berjama’ah bersama-sama, hanya saja harus diatur shafnya, paling depan kelompok ma’mum laki-laki, dibelkang itu kelompok ma’mum huntsa musykil, baru di paling belakang adalah kelompok ma’mum perempuan. Huntsa musykil atau banci dengan kelamin ganda tidak boleh mengimami orang laki-laki, tetapi dia boleh menjadi imam bagi perempuan. Hanya saja perempuan tidak boleh menjadi imam bagi huntsa musykil, dikhawatirkan nafsu kelelakiannya akan muncul dibelakang imam perempuan. Dari keterangan diatas dapatlah disimpulkan bahwa jenis kelamin ditentukan oleh alat kelaminnya, bukan tingkah laku kesehariannya. Walaupun seseorang berpakaian perempuan dan berlengak-lenggok perempuan, jikalau alat kelamin yang dimilikinya adalah dzakar, maka hukum fiqih yang berlaku bagianya adalah hukukm lelaki. Begitu pula sebaliknya, jikalau alat kelamin yang dimilikinya adalah alat kelamin perempuan (vagina), walaupun dia berlagak jagoan seperti lelaki, tetaplah hukum fiqih yang berlaku baginya adalah hukum perempuan. Akan tetapi perlu diingat sesungguhnya haram hukumnya seorang lelaki bergaya menyerupai perempuan dan perempuan bergaya menyerupai lelaki. Demikian Rasulullah melaknatnya dengan jalas dalam haditsnya.لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ الْمُتَخَنِّثِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ
Rasulullah saw mengutuk orang lelaki yang berlaku keperempuan-perempuanan dan orang perempuan yang berlaku kelelaki-lakian. Demikianlah problematika seorang banci dengan dua alat kelamin yang tidak hilang selama kedua alat kelamin itu ada dalam dirinya. Dan begitulah Rasulullah melaknat mereka yang menyalahi taqdir-Nya. wallahu a’lam bis shawab.