Skip to content

emka.web.id

menulis pengetahuan – merekam peradaban

Menu
  • Home
  • Tutorial
  • Makalah
  • Ke-NU-an
  • Kabar
  • Search
Menu

Biawak: Antara Hama dan Penjaga Ekosistem

Posted on August 20, 2025

Biawak, reptil yang sering dijumpai di dekat pemukiman manusia, memiliki posisi yang unik dalam pandangan masyarakat. Hewan ini kerap dianggap sebagai hama yang ditakuti, namun di sisi lain, biawak memiliki peran penting yang sering terabaikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Pemahaman yang lebih mendalam tentang biawak dapat mengubah persepsi negatif menjadi apresiasi terhadap kontribusinya di alam.

Stigma Negatif dan Mitos yang Menyesatkan

Di pedesaan, terutama di wilayah dekat sungai atau rawa, biawak sering dianggap sebagai biang keladi hilangnya ternak kecil seperti ayam, bebek, atau telur. Hal ini memicu tindakan pengusiran bahkan pembunuhan terhadap biawak yang tertangkap. Stigma ini diperkuat oleh berbagai mitos yang beredar di masyarakat. Ada kepercayaan bahwa biawak adalah hewan kotor, berbahaya, atau pembawa sial. Beberapa orang bahkan percaya bahwa biawak yang masuk rumah adalah pertanda buruk. Padahal, biawak tidak memiliki niat untuk menyebarkan penyakit atau membawa kesialan. Mereka hanya mengikuti naluri alami untuk mencari makanan atau tempat berlindung. Reaksi berlebihan terhadap kehadiran biawak seringkali disebabkan oleh mitos yang sudah mengakar dalam budaya.

Peran Penting sebagai Pengendali Hama Alami

Meskipun sering dicap sebagai hama, biawak sebenarnya memainkan peran krusial sebagai predator alami yang efektif. Mereka adalah pemburu tikus yang sangat ulung. Di area pertanian seperti sawah atau gudang, tikus dapat menyebabkan kerugian besar pada hasil panen. Kehadiran biawak di sekitar area tersebut secara tidak langsung membantu para petani dengan memangsa tikus-tikus pengganggu.

Selain tikus, biawak juga memangsa hama lain seperti ular kecil, kadal, dan berbagai jenis serangga. Peran biawak sebagai pengendali hama alami ini jarang disadari. Jika populasi biawak menurun atau bahkan hilang, kemungkinan besar populasi tikus dan hama lainnya akan meningkat, yang pada akhirnya dapat merugikan manusia. Dengan demikian, biawak adalah sahabat ekologis manusia yang membantu menjaga kebersihan lingkungan dengan memakan bangkai, mengendalikan hama perusak, dan menyeimbangkan populasi hewan kecil lainnya.

Biawak dan Ular: Pesaing Sekaligus Pengendali

Salah satu aspek menarik dari peran biawak dalam ekosistem adalah hubungannya dengan ular. Di banyak tempat, biawak dikenal sebagai pesaing sekaligus pengendali populasi ular kecil. Biawak memangsa ular kecil sebagai bagian dari diet mereka. Dengan tubuh yang kuat dan gigi tajam, mereka mampu mengalahkan ular muda atau ular yang ukurannya lebih kecil. Namun, hubungan ini tidak selalu satu arah. Ular besar seperti ular sanca atau kobra juga bisa memangsa biawak, terutama biawak muda. Ini menciptakan semacam keseimbangan alami di mana biawak dan ular saling memangsa sesuai ukuran dan kesempatan.

Peran biawak dalam memangsa ular kecil seringkali memberi manfaat langsung bagi manusia. Ular yang masuk ke pekarangan rumah atau area pertanian dapat menimbulkan ketakutan dan bahaya. Kehadiran biawak sebenarnya dapat menekan jumlah ular yang lebih berbahaya. Dengan kata lain, biawak bertindak sebagai penyaring alami dalam ekosistem, memangsa ular kecil agar tidak berkembang terlalu banyak, sekaligus menyediakan makanan bagi predator yang lebih besar. Posisi biawak dalam rantai makanan ini sangat penting. Mereka adalah penghubung antara konsumen menengah dan predator puncak. Tanpa kehadiran mereka, aliran energi dalam ekosistem dapat terganggu.

Habitat dan Adaptasi Biawak

Biawak adalah reptil yang sangat adaptif dan mampu hidup di berbagai macam lanskap. Keberadaan mereka tersebar luas mulai dari Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga ke bagian utara Australia. Habitat utama mereka adalah tempat yang berhubungan dengan air, seperti sungai, rawa, dan danau. Area ini disukai biawak karena menyediakan air sebagai pendingin tubuh dan jalur mobilitas, serta sumber makanan yang melimpah. Bagi biawak, sungai adalah “jalan raya” alami yang memungkinkan mereka berpindah tempat dengan sangat mudah. Dengan tubuh yang panjang dan ekor yang berfungsi seperti dayung, mereka mampu berenang dengan sangat cekatan.

Meskipun air adalah elemen penting, biawak bukanlah makhluk yang seluruh hidupnya dihabiskan di dalamnya. Mereka juga sangat piawai menjelajah daratan. Hutan tropis, padang rumput, bahkan perkebunan manusia dapat menjadi bagian dari wilayah jelajah mereka. Adaptasi ini menjadikan mereka salah satu reptil paling fleksibel di dunia. Biawak juga dikenal sebagai hewan semi-arboreal, artinya meskipun lebih sering terlihat di tanah dan air, mereka juga bisa memanjat pohon. Dalam beberapa kasus, biawak akan mencari pohon besar untuk beristirahat atau meloloskan diri dari predator yang lebih besar, termasuk manusia. Biawak muda sering ditemukan bersembunyi di cabang-cabang pohon untuk menghindari pemangsa.

Aspek menarik lainnya dari biawak adalah cara mereka membangun rumah. Biawak jarang menggali lubang sendiri, tetapi mereka sangat pandai memanfaatkan lubang yang sudah ada. Lubang di tepi sungai yang dibuat oleh kepiting, sarang bekas hewan pengerat, atau celah akar pohon yang besar bisa dijadikan tempat persembunyian. Tempat-tempat ini mereka gunakan untuk beristirahat, bertelur, atau bersembunyi saat merasa terancam. Dengan kata lain, habitat biawak bukanlah satu titik yang kaku, melainkan jaringan ekosistem yang luas. Mereka adalah penjelajah oportunis, berpindah dari air ke darat, dari hutan ke pemukiman, dari lubang tanah ke dahan pohon. Inilah salah satu alasan mengapa mereka bisa bertahan meskipun banyak habitat lain telah hancur akibat pembangunan manusia.

Perilaku dan Kebiasaan Biawak

Biawak adalah reptil diurnal, yang berarti mereka aktif di siang hari. Ketika matahari mulai meninggi, tubuh mereka yang berdarah dingin membutuhkan panas untuk meningkatkan metabolisme. Biawak biasanya akan keluar dari persembunyian di pagi hari untuk berjemur di atas batu, batang kayu, atau tepian sungai. Proses ini sangat penting bagi mereka karena suhu tubuh yang hangat membantu mempercepat pencernaan, meningkatkan energi, dan memudahkan pergerakan.

Setelah cukup hangat, mereka mulai beraktivitas. Lidah panjang mereka menjulur keluar masuk. Lidah itu bukan hanya alat perasa, tetapi juga organ pendeteksi kimiawi. Dengan menjulurkan lidah, biawak dapat mencicipi molekul bau di udara atau tanah, lalu mengantarkannya ke organ Jacobsen di langit-langit mulut. Inilah yang membuat mereka mampu menemukan mangsa yang tersembunyi di semak atau bahkan di dalam lubang. Dalam satu hari, biawak bisa menempuh jarak yang cukup jauh untuk mencari makan. Mereka tidak memiliki wilayah teritorial yang kaku seperti beberapa mamalia, namun biawak besar biasanya mendominasi area tertentu sehingga biawak kecil akan lebih berhati-hati agar tidak terjadi konflik. Interaksi antar biawak memang jarang terjadi kecuali dalam konteks berebut pasangan saat musim kawin atau saat bertarung demi memperebutkan makanan.

Saat merasa terancam, biawak memiliki beberapa strategi bertahan hidup. Pertama, mereka akan mencoba melarikan diri ke air, karena di sanalah mereka merasa paling aman. Jika dikejar, mereka bisa menyelam dan menahan napas cukup lama. Kedua, mereka bisa memanjat pohon dengan cepat, terutama biawak muda yang masih ringan. Ketiga, ketika benar-benar terpojok, mereka akan menggunakan ekornya sebagai cambuk. Sabetan ekor biawak cukup kuat untuk membuat manusia kaget atau bahkan terluka. Dalam situasi ekstrem, biawak juga bisa menggigit dengan rahang kuatnya.

Salah satu kebiasaan menarik biawak adalah sifatnya yang oportunis. Mereka tidak terlalu pilih-pilih makanan sehingga pola hidup mereka sangat bergantung pada ketersediaan mangsa di sekitarnya. Jika di dekat mereka banyak ikan, maka ikanlah yang menjadi target. Jika banyak bangkai, mereka akan berperan sebagai pemakan bangkai. Fleksibilitas ini membuat mereka menjadi pembersih ekosistem yang alami.

Selain itu, biawak juga dikenal sebagai pengembara. Mereka tidak selalu menetap di satu tempat. Ada individu-individu yang akan terus berpindah mengikuti aliran sungai, berpindah dari satu rawa ke rawa lain, seolah-olah mereka adalah musafir reptil. Perpindahan ini membuat mereka ikut menyebarkan energi dalam ekosistem. Dengan memakan mangsa di satu tempat dan meninggalkan kotoran di tempat lain, mereka secara tidak langsung ikut menyebarkan benih tumbuhan, nutrisi, dan mikroba. Dengan segala kebiasaan ini, mereka adalah contoh nyata bagaimana seekor hewan bisa hidup dengan mengandalkan kesempatan, kecerdikan, dan ketahanan tubuh.

Pola Makan Biawak: Omnivora Fleksibel

Biawak sering digolongkan sebagai pemangsa sekaligus pemakan bangkai. Namun, kenyataannya diet mereka jauh lebih luas dari itu. Biawak bisa disebut sebagai omnivora fleksibel karena selain daging, mereka juga sesekali memakan buah, biji, dan bahan organik lain yang mudah ditemukan. Dengan tubuhnya yang panjang, gigi yang tajam, dan lidah yang peka, mereka mampu menemukan mangsa dengan cepat.

Mereka sering berburu dengan cara yang sederhana. Biawak biasanya mendekati mangsa dengan perlahan. Begitu jarak cukup dekat, mereka akan melakukan serangan kilat dengan gigitan kuat. Jika di sungai, biawak bisa bersembunyi di dalam air, hanya menyisakan matanya di permukaan. Lalu saat ikan atau katak lewat, biawak akan langsung menyambar. Tidak jarang mereka memanjat pohon untuk mencuri telur. Mereka kerap mendatangi sarang burung untuk memakan telur atau anak burung yang belum bisa terbang.

Seperti yang telah dijelaskan, salah satu peran paling penting biawak dalam ekosistem adalah memakan bangkai. Bangkai yang membusuk bisa menjadi sumber penyakit bagi banyak hewan lain, terutama bagi manusia. Dengan memakan bangkai, biawak membantu membersihkan lingkungan dari sisa-sisa kematian. Bahkan aroma bangkai yang tercium dari jarak jauh bisa menarik biawak untuk datang. Lidah mereka yang peka sangat efektif dalam mendeteksi sumber bau.

Biawak juga dikenal sebagai predator telur. Mereka sering menggali sarang penyu di pantai untuk mengambil telur-telurnya. Hal ini sering membuat manusia geram, terutama para pegiat konservasi penyu, karena predasi biawak bisa mengurangi jumlah tukik yang menetas. Namun dari sudut pandang alam, biawak hanya menjalankan perannya sebagai bagian dari rantai makanan.

Meskipun biawak lebih dikenal sebagai pemakan daging, beberapa pengamatan menunjukkan bahwa mereka juga sesekali memakan buah, terutama buah yang jatuh ke tanah. Fungsi ini jarang disadari banyak orang, tetapi sebenarnya sangatlah penting, karena biawak bisa menjadi penyebar biji. Saat biji buah itu keluar bersama kotoran di tempat lain, tumbuhan mendapat peluang untuk menyebar lebih jauh.

Dengan pola makan seluas itu, biawak sebenarnya merupakan regulator populasi. Mereka memangsa tikus, ular kecil, dan serangga sehingga mereka membantu menjaga keseimbangan. Di sisi lain, karena juga memakan bangkai, mereka juga berperan dalam menjaga kebersihan alam. Bahkan dalam beberapa kasus, kehadiran biawak bisa mencegah ledakan populasi hewan pengerat yang merugikan manusia. Inilah salah satu alasan mengapa biawak seharusnya tidak hanya diingat sebagai hama, tetapi juga sebagai penjaga keseimbangan.

Sumber: Wikipedia

Terbaru

  • Biawak: Antara Hama dan Penjaga Ekosistem
  • Ini Profil Komjend Dedi Prasetyo Wakapolri Baru
  • Fraksi PKB DPRD Pati Tetap Selidiki Dugaan Pelanggaran Kasus RSUD Pati
  • Fraksi PKB Kritik Penggunaan Anggaran Prabowo, Fokus pada Fasilitas Publik
  • Inilah Syarat Nilai Minimal Raport Pendaftar SNBP 2026
  • Kemendikdasmen Sangkal Isu PPG Guru Tertentu Tidak Ada Lagi
  • Ini Struktur Kurikulum Kelas 5 SD/MI Sederajat Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Ini Struktur Kurikulum Kelas 3 dan 4 SD/MI Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Inilah Struktur Kurikulum Kelas 3 dan 4 SD/MI Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Ilmuwan Colorado University Bikin Particle Collider Mini, Bisa Atasi Kanker
  • Inilah Susunan Upacara Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus di Istana Negara
  • FAKTA: Soeharto Masih Komandan PETA Saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
  • Materi Tes CPNS 2025: Fungsi dan Wewenang DPR/DPD
  • Cara Menjadi Siswa Eligible Daftar SNBP 2026 Terbaru!
  • Pendaftaran PPG Guru Tertentu 2025 Diperpanjang, Ini Syarat dan Caranya!
  • Struktur Kurikulum Kelas 2 SD/MI Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Ini Struktur Kurikulum Kelas 1 SD/MI Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Ini Struktur Kurikulum PAUD & TK Sederajat Menurut Permendikdasmen No 13 Tahun 2025
  • Butuh Beasiswa? Ini Beasiswa Alternatif KIP Kuliah Tahun 2025 untuk Jenjang S1
  • Butuh Bantuan SPP? Ini 5 Beasiswa SMA/SMK 2025 Yang Bisa Kamu Coba
  • Apa itu Beasiswa Mutual+ 2025, Syarat, Ketentuan dan Cara Daftarnya
  • Ini Jadwal Resmi Olimpiade Madrasah Indonesia OMI 2025
  • Reportase Kelas: AI dalam Pelayanan Medis Masa Depan
  • IPDN Gelar Seleksi Kompetensi Dasar 2025, Ini Aturannya
  • Ferry Irwandi Bahas Apa itu Friction Shifting Theory?
  • Cara Blokir Game Albion Online Menggunakan Mikrotik
  • EMPAT Cara Mempercepat Loading Website
  • 7 Kesalahan Umum Saat Koding Python bagi Pemula
  • Cara Memanfaatkan Port USB di Router Kalian Biar Tidak Sia-sia
  • Cara Terbaru Membuat Live USB 2025 Anti Gagal
  • Biawak: Antara Hama dan Penjaga Ekosistem
  • Ini Profil Komjend Dedi Prasetyo Wakapolri Baru
  • Fraksi PKB DPRD Pati Tetap Selidiki Dugaan Pelanggaran Kasus RSUD Pati

©2025 emka.web.id | Design: Newspaperly WordPress Theme