Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Rusia Gagal Uji Coba Rudal Nuklir

Rusia, yang berupaya memproyeksikan kekuatan nuklirnya melalui uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-24 Yars, justru menghadapi kemunduran yang memalukan. Uji coba yang direncanakan pada 19 Mei lalu, yang bertujuan untuk mengintimidasi Ukraina, NATO, dan negara-negara lain, tampaknya tidak pernah terjadi, memicu pertanyaan tentang keandalan persenjataan nuklir Rusia.

Menurut laporan dari berbagai sumber, termasuk badan intelijen Ukraina (GUR), persiapan untuk peluncuran rudal RS-24 Yars telah dilakukan di wilayah Sverdlovsk, lokasi yang sering digunakan untuk uji coba semacam itu. Pasukan yang ditempatkan di sana juga memiliki pengalaman dalam peluncuran uji coba sebelumnya. Namun, tidak seperti peluncuran ICBM Rusia yang sukses sebelumnya, tidak ada laporan atau bukti visual yang muncul pada tanggal 19 Mei, yang menunjukkan bahwa rudal tersebut tidak pernah lepas landas.

Kegagalan ini memunculkan beberapa teori. Salah satunya adalah bahwa RS-24 mengalami masalah teknis serupa dengan yang dialami oleh dua rudal sejenis lainnya pada tahun 2023, yang mengakibatkan rudal tersebut melenceng dari jalur dan jatuh ke tanah. Kemungkinan lainnya adalah bahwa masalah teknis muncul selama tahap awal peluncuran, mencegah rudal mencapai ketinggian yang cukup untuk diamati. Teori ini didukung oleh fakta bahwa RS-24 adalah versi modernisasi dari sistem rudal Topol yang lebih tua, yang mulai beroperasi pada akhir 1990-an.

Terlepas dari penyebabnya, kegagalan uji coba ini menimbulkan pertanyaan serius tentang keandalan RS-24, yang dipromosikan sebagai ICBM paling modern dan kuat dalam persenjataan Rusia. RS-24, yang mulai diproduksi pada tahun 2004, dirancang untuk diluncurkan dari silo atau dari kendaraan truk, dan mampu membawa hingga 10 hulu ledak nuklir dengan jangkauan hingga 6.524 mil. Rudal ini menggunakan sistem panduan inersia yang ditingkatkan dan sistem navigasi global Glosnass Rusia, yang seharusnya memberikan akurasi yang tinggi.

Kegagalan ini bukan satu-satunya kemunduran yang dialami oleh program rudal nuklir Rusia. Ada laporan tentang kegagalan uji coba rudal ICBM jarak menengah Oreshnik dan rudal Satan 2 (RS-28). Laporan Newsweek mengklaim bahwa rudal Satan 2 telah gagal dalam empat dari lima uji coba terakhirnya. Gambar satelit dari lokasi pengujian Plesetsk menunjukkan kerusakan yang disebabkan oleh salah satu kegagalan ini, dengan kawah besar dan kerusakan di area sekitarnya.

Kegagalan ini merusak upaya Rusia untuk menggunakan senjata nuklirnya sebagai alat untuk mendapatkan pengaruh. Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali menggunakan retorika nuklir dan ancaman untuk mengintimidasi Ukraina, NATO, dan negara-negara lain. Namun, dengan rudal yang gagal diluncurkan, kredibilitas ancaman ini dipertanyakan.

Perubahan doktrin nuklir Rusia pada November 2024, yang memungkinkan Rusia untuk menyerang sekutu berkemampuan nuklir dari negara-negara non-nuklir jika merasa kedaulatannya terancam, semakin meningkatkan kekhawatiran tentang penggunaan senjata nuklir oleh Rusia. Terlepas dari itu, kegagalan yang dialami Rusia dengan program rudal nuklirnya menunjukkan bahwa persenjataan nuklirnya mungkin tidak seandal yang diklaim.

Kegagalan uji coba RS-24 terjadi sehari sebelum panggilan telepon yang dijadwalkan antara Putin dan Presiden AS Donald Trump. Peluncuran itu seharusnya menjadi unjuk kekuatan nuklir Rusia, yang mengirimkan peringatan ke AS. Sebaliknya, kegagalan tersebut menghilangkan pengaruh yang mungkin diharapkan Putin untuk digunakan dalam percakapannya dengan Trump.

Intimidasi Rusia juga memiliki efek yang berlawanan, membangunkan Eropa terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia dan menyebabkan peningkatan dukungan untuk Ukraina. Sekutu Ukraina telah berulang kali melanggar garis merah yang ditetapkan oleh Putin, mengirimkan senjata ke Ukraina, memungkinkan penggunaan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap Rusia, dan memberikan F-16 ke negara itu. Kegagalan Rusia untuk menindaklanjuti ancamannya menunjukkan bahwa NATO mungkin menyadari bahwa persenjataan nuklir Rusia tidak seperti yang terlihat.

Meskipun Rusia memiliki banyak hulu ledak nuklir, keandalan sistem pengiriman yang seharusnya digunakan untuk meluncurkan senjata-senjata ini ke musuh-musuhnya dipertanyakan. Situasi ini membuat Rusia tampak seperti petinju kuat dengan lengan patah, yang tidak dapat memberikan pukulan yang efektif.

Apakah Rusia benar-benar mencoba peluncuran RS-24, atau apakah mereka membatalkan upaya tersebut setelah melihat bahwa RS-24 tidak memenuhi tugasnya? Apakah NATO mulai menjadi kurang takut pada Putin sekarang karena mereka melihat keadaan rudal berkemampuan nuklir jarak jauhnya? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Artikel Diperbarui pada: 21 May 2025
Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically