
Vietnam sedang menapaki jalur menuju puncak ekonomi Asia Tenggara dengan kecepatan yang mengesankan. Negara yang beberapa dekade lalu masih bergulat dengan kemiskinan kini diproyeksikan akan melampaui Thailand sebagai ekonomi terbesar ketiga di kawasan sekitar tahun 2028-2029, menurut perkiraan International Monetary Fund (IMF). Centre for Economics and Business Research (CEBR) bahkan memprediksi Vietnam akan meninggalkan Thailand dengan selisih signifikan, menandai perubahan bersejarah dalam hierarki ekonomi regional.
Selama tiga dekade terakhir, ekonomi Vietnam tumbuh rata-rata 6-7% per tahun, mengubahnya dari negara pasca-perang menjadi pusat manufaktur global. Bahkan di tengah tantangan ekonomi dunia, Vietnam mencatat pertumbuhan 8,0% pada 2022 dengan inflasi terkendali sekitar 3,4% pada 2023. IMF memperkirakan PDB riil Vietnam akan tumbuh sekitar 5,3% per tahun hingga 2030, sementara CEBR memproyeksikan pertumbuhan 6,7% per tahun hingga 2028 dan 6,4% hingga 2037—melampaui sebagian besar negara tetangga. Dengan laju ini, ekonomi Vietnam berpotensi berlipat ganda setiap dekade.
Pada 2023, PDB nominal Vietnam mencapai $434 miliar, sedikit di bawah Filipina ($437 miliar) dan jauh di bawah Thailand ($515 miliar). Namun, Vietnam mengejar dengan cepat. IMF memprediksi PDB Vietnam akan mencapai $490 miliar pada 2025 dan $589 miliar pada 2028, hampir setara dengan Thailand ($593 miliar). CEBR memperkirakan Vietnam akan secara resmi melampaui Thailand setelah 2028, mendorong Thailand ke posisi keempat di Asia Tenggara, di bawah Indonesia, Filipina, dan Vietnam.
Faktor Pendorong Pertumbuhan
1. Demografi dan Tenaga Kerja
Vietnam memiliki populasi 100 juta jiwa dengan usia median 33 tahun, menikmati dividen demografi yang mendukung pertumbuhan tenaga kerja. Sebaliknya, Thailand (70 juta jiwa, usia median ~40) sudah menjadi masyarakat menua, dengan tenaga kerja yang menyusut. Filipina, dengan populasi 112 juta dan usia median ~25, memiliki keunggulan demografis jangka panjang, tetapi Vietnam saat ini berada pada puncak produktivitas demografisnya.
2. Ukuran Ekonomi dan Produktivitas
Meski Thailand masih memiliki PDB per kapita tertinggi ($7.300), Vietnam ($4.300) telah melampaui Filipina ($3.900). Dengan populasi lebih kecil dari Filipina, Vietnam menghasilkan output hampir setara, mencerminkan produktivitas per orang yang lebih tinggi. Pertumbuhan Vietnam (5,0% pada 2023) dan Filipina (5,5%) jauh mengungguli Thailand (1,9%), yang telah lama berjuang dengan pertumbuhan lambat.
3. Fokus pada Ekspor
Vietnam adalah raksasa ekspor, dengan ekspor barang dan jasa mencapai 87% dari PDB—salah satu rasio tertinggi di dunia. Negara ini telah menjadi pusat manufaktur global untuk elektronik, pakaian, dan mesin, mengungguli Thailand ($287 miliar) dan Filipina ($79 miliar) dengan ekspor barang senilai $371 miliar pada 2022. Filipina lebih bergantung pada konsumsi domestik dan ekspor jasa, sementara Thailand, meskipun kuat di ekspor otomotif dan pariwisata, kalah kompetitif dibandingkan Vietnam.
4. Investasi Asing Langsung (FDI)
Vietnam memimpin dalam menarik FDI, dengan $18,5 miliar pada 2023 (4,3% dari PDB), jauh di atas Thailand ($3,1 miliar) dan Filipina ($8,9 miliar). Produsen global seperti Samsung, Intel, dan Nike telah menjadikan Vietnam basis manufaktur utama, didukung oleh kebijakan pro-investor, tenaga kerja terampil, dan perjanjian perdagangan bebas. Thailand terhambat oleh ketidakstabilan politik dan tenaga kerja yang menua, sementara Filipina masih bergulat dengan tantangan infrastruktur dan regulasi investasi.
Meski diproyeksikan melampaui Thailand, Vietnam belum akan menyalip Filipina dalam waktu dekat. CEBR memperkirakan PDB Vietnam akan mendekati Filipina pada 2034, tetapi keunggulan demografis Filipina dapat mempertahankan posisinya. Namun, lintasan Vietnam tetap mengesankan, dengan potensi melampaui beberapa ekonomi maju berukuran sedang di masa depan.
Kesimpulan
Dengan pertumbuhan yang konsisten, fokus pada ekspor, dan kemampuan menarik investasi asing, Vietnam sedang menulis ulang peta ekonomi Asia Tenggara. Negara ini tidak hanya mengejar, tetapi siap mendominasi sebagai kekuatan ekonomi utama di kawasan. Tantangan tetap ada, tetapi potensi Vietnam untuk mencapai puncak sangatlah nyata.
Artikel Diperbarui pada: 21 May 2025Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani